...Peristiwa
Selasa. 18 Juli 2006, pagi
Miris,,
Yang kurasa setelah mendengar berita itu..
Selasa pagi, seperti biasa aku terlambat masuk ke kelas. Tapi, heran yang melukis wajahku setelah kubuka pintu ruang 204 lantai 2 dari gedung berlantai 6 itu, karena hanya sensei dan satu orang temanku yang ada disitu. Naruhodo, hujan yang lebat berganti gerimis yang mengguyur Tokyo semalaman itulah yang menjadi penyebabnya. Kalau hujan tidak berhenti seperti itu, biasanya kereta akan terlambat, karena rel kereta basah oleh hujan, jadi kereta mengurangi kecepatan lajunya. Tetapi, keadaan kelas yang tidak biasa seperti itu justru membuat kami mengobrol banyak dengan sensei.
"bagaimana keadaan daerah yang terkena Tsunami? wah 大変だね.."
"えっ??津波ですか?"
"Iya, tadi pagi ada Tsunami di Indonesia, di ジャワ島の西の方, tapi tidak sebesar dua tahun lalu"
"ハアア??"
"Tapi tidak sampai Jakarta, uLLyさん Jakarta でしょう"
"iyah, よかった"
"Akhir2 ini Indonesia sering terkena bencana yah"
"Iyah..."
Lagi?? Tidak sampai dua bulan yang lalu, Yogyakarta terkena gempa yang cukup besar, merubuhkan dan meretakkan rumah2, bahkan tanteku yang tinggal di sana pun terkena dampaknya. Dan sekarang?? Pangandaran dan daerah pesisir selatan pulau Jawa terkena tsunami?? Walaupun katanya tidak sebesar tsunami Aceh, tapi pasti rakyat Indonesia, khususnya bagian pesisir akan trauma dengan tsunami.
Selasa, 18 Juli 2006, malam
Aku lihat berita dari web salah satu stasiun televisi terkemuka di Indonesia. Korban meninggal mencapai 423 jiwa. Kulihat liputan langsung dari tempat kejadian. Masya Allah, semua hancur. Ada seorang bapak yang tetap bertahan di lokasi. Rumahnya sudah terbawa arus, tapi dia bertahjan di bawah tenda untuk mengawasi barang2nya dan barang2 tetangganya "kalau ngga gini nanti datang lagi penjarah2 mbak, kemarin saya sudah lihat banyak yang dateng ngambil2in barang2, kemarin saya sudah bengak-bengok" Ya Allah, kemana hati nurani orang2 itu?? mengambil barang2 orang yang sedang tertimpa musibah?? astaghfirullah.
"Sebenarnya Indonesia juga memasang alat pendeteksi Tsunami pasca bencana Aceh. Namun dari 140, baru 24 yang sudah terpasang, itupun malah dicuri atau rusak" Kata penyiar berita stasiun televisi tersebut.
Tak ada yang bisa kulakukan, selain berdoa, memohon kepadaNya agar keluarga2 yang ditimpa musibah bisa tabah menjalaninya. Semoga ini peringatan dariNya, dan kita dapat mengambil hikmah dari kejadian ini.
大変だね : taihen da ne : berat yah
えっ津波ですか : e, tsunami desuka : eh..tsunami yah?
ジャワ島の西の方 : jawa tou no nishi no hou : pulau jawa sblh barat
ハアア : haa : hah?
さん : san : kata sandang untuk nama
よかった : yokatta : syukurlah
bengak-bengok : teriak teriak
sumber foto2 : http://kompas.com
Selasa pagi, seperti biasa aku terlambat masuk ke kelas. Tapi, heran yang melukis wajahku setelah kubuka pintu ruang 204 lantai 2 dari gedung berlantai 6 itu, karena hanya sensei dan satu orang temanku yang ada disitu. Naruhodo, hujan yang lebat berganti gerimis yang mengguyur Tokyo semalaman itulah yang menjadi penyebabnya. Kalau hujan tidak berhenti seperti itu, biasanya kereta akan terlambat, karena rel kereta basah oleh hujan, jadi kereta mengurangi kecepatan lajunya. Tetapi, keadaan kelas yang tidak biasa seperti itu justru membuat kami mengobrol banyak dengan sensei.
"bagaimana keadaan daerah yang terkena Tsunami? wah 大変だね.."
"えっ??津波ですか?"
"Iya, tadi pagi ada Tsunami di Indonesia, di ジャワ島の西の方, tapi tidak sebesar dua tahun lalu"
"ハアア??"
"Tapi tidak sampai Jakarta, uLLyさん Jakarta でしょう"
"iyah, よかった"
"Akhir2 ini Indonesia sering terkena bencana yah"
"Iyah..."
Lagi?? Tidak sampai dua bulan yang lalu, Yogyakarta terkena gempa yang cukup besar, merubuhkan dan meretakkan rumah2, bahkan tanteku yang tinggal di sana pun terkena dampaknya. Dan sekarang?? Pangandaran dan daerah pesisir selatan pulau Jawa terkena tsunami?? Walaupun katanya tidak sebesar tsunami Aceh, tapi pasti rakyat Indonesia, khususnya bagian pesisir akan trauma dengan tsunami.
Selasa, 18 Juli 2006, malam
Aku lihat berita dari web salah satu stasiun televisi terkemuka di Indonesia. Korban meninggal mencapai 423 jiwa. Kulihat liputan langsung dari tempat kejadian. Masya Allah, semua hancur. Ada seorang bapak yang tetap bertahan di lokasi. Rumahnya sudah terbawa arus, tapi dia bertahjan di bawah tenda untuk mengawasi barang2nya dan barang2 tetangganya "kalau ngga gini nanti datang lagi penjarah2 mbak, kemarin saya sudah lihat banyak yang dateng ngambil2in barang2, kemarin saya sudah bengak-bengok" Ya Allah, kemana hati nurani orang2 itu?? mengambil barang2 orang yang sedang tertimpa musibah?? astaghfirullah.
"Sebenarnya Indonesia juga memasang alat pendeteksi Tsunami pasca bencana Aceh. Namun dari 140, baru 24 yang sudah terpasang, itupun malah dicuri atau rusak" Kata penyiar berita stasiun televisi tersebut.
Tak ada yang bisa kulakukan, selain berdoa, memohon kepadaNya agar keluarga2 yang ditimpa musibah bisa tabah menjalaninya. Semoga ini peringatan dariNya, dan kita dapat mengambil hikmah dari kejadian ini.
大変だね : taihen da ne : berat yah
えっ津波ですか : e, tsunami desuka : eh..tsunami yah?
ジャワ島の西の方 : jawa tou no nishi no hou : pulau jawa sblh barat
ハアア : haa : hah?
さん : san : kata sandang untuk nama
よかった : yokatta : syukurlah
bengak-bengok : teriak teriak
sumber foto2 : http://kompas.com
0 Comments:
Post a Comment