Monday, April 25, 2011

Anak-anak dan Kisah Nabi Muhammad SAW

Posted by Ly at 4/25/2011 12:41:00 PM 2 Comments
Diambil tanpa sepengetahuan sang model. April 2011
Alhamdulillah sekarang hampir setiap malam, Papa selalu bercerita tentang siroh Nabi Muhammad SAW. Sumber ceritanya Papa dapat dari buku Sirah Nabawiyah karya Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfury (eh? ternyata ada versi ebooknya yah?). Jadi, Papa bawa buku itu ke kantor, dibacanya di perjalanan berangkat dan pulang ke kantor di dalam kereta. Lalu malamnya sebelum tidur, Papa ceritakan ke saya, Bilal, dan Adek di perut. 

Terus terang saya sangat menikmati sesi ini. Saya jadi tahu banyak tentang siroh nabi Muhammad. Cerita-cerita yang sering saya dengar juga dituliskan dalam buku itu. Bahkan ada juga pembenaran dari cerita yang sering didengar. Isinya cukup detail tentang hidup Rasulullah dan sepak terjang beliau (dan para sahabat) dalam berdakwah di awal masa kenabian beliau. Saya makin sayang sama Rasulullah SAW.

Saya kira, hanya saya yang menikmati sesi ini. Ternyata anak-anak juga!. Bilal hampir selalu menagih setiap mau tidur, "Nabi Ammad?". Tidak hanya tidur malam saat sama Papa, tapi juga saat menjelang tidur siang (hiks, maaf yah sayang, Mama belum baca bukunya, jadi kalau siang, tidak ada cerita baru tentang nabi Muhammad). Kalau lagi mau suatu cerita yang khusus, Bilal request sendiri, "Nabi Ammad? Gajah? Hujan?", minta cerita saat Perang Gajah, atau cerita tentang nabi Muhammad yang ada hujannya.

Dan ternyata, si kecil yang di perut saya juga (sepertinya) suka ! Setiap Papa cerita, si kecil "mengelus-elus" (saya lebih suka kata-kata ini daripada "menendang") semakin heboh dari dalam. Apalagi semalam! Saat Papa cerita tentang Perang Uhud (Bilal sudah tidur), si kecil "mengelus" dengan kencang dan sering! "Tenang sayang, belum selesai ceritanya, umat muslim juga dapat banyak hikmah koq sayang, dari Perang Uhud," kata Papa, menenangkan adek kecil di perut saya. Saya nggak tahu sih, ini kami saja yang menyocokkan atau memang si kecil senang dibacakan cerita, tapi saya ingin percaya kalau si kecil juga suka dibacakan cerita, apalagi tentang teladan kita, nabi Muhammad SAW.

Wednesday, April 20, 2011

Kalau Doa Belum Terkabul...

Posted by Ly at 4/20/2011 08:49:00 PM 2 Comments
Spring, 2011
 "Kalau Allah belum memberi yang kita minta, mungkin Allah ingin terus mendengar doa-doa kita. 
Seandainya Allah belum mengabulkan doa-doa kita di dunia, mungkin Allah akan membri yang terbaik kepada kita di akhirat nanti.
Allah menyukai hambanya yang selalu meminta, yang selalu berdoa padaNya.
Jadi banyak-banyaklah meminta, karena Allah tidak akan membatasinya, dan tidak akan habis pemberianNya"
(Kutipan dari seorang saudari tercinta <3)

Friday, April 15, 2011

ママともの世界、地獄?天国?*

Posted by Ly at 4/15/2011 04:40:00 PM 0 Comments
*Mama-tomo no sekai, Jigoku? Tengoku? (Dunia Mama-tomo, sebuah Neraka? sebuah Syurga?)

Mama = ibu/mama.
Tomo = singkatan dari Tomodachi (teman)

Mama-tomo adalah pertemanan antara para ibu yang memiliki anak kecil, baik bayi, maupun balita. Hubungan mama-tomo terbentuk dari playground, TK, maupun para ibu yang sering main di taman. Ciri khas dari pertemanan ini adalah, panggilan yang digunakan antar para ibu bukanlah dengan nama mereka (sumber: link ini). Misal, saya memanggil Pipit, sahabat fans saya =P, bukan dengan panggilan "Pipit", tetapi dengan panggilan "Mamanya Nara". 
 
Hmm, tentang yang terakhir (panggilan nama anak) mungkin ada juga yah di Indonesia, tapi istilah mama-tomolah yang mungkin nggak ada di Indonesia. Di Jepang sendiri, menurut saya dunia mama-tomo adalah seperti sebuah momok untuk seorang "ibu baru". Kenapa saya bilang begitu? karena tidak sedikit drama yang bertemakan tentang ini, tentang hubungan para mama-tomo yang bercerita demikian. Dalam drama-drama itu, sang pemeran utama biasanya adalah seorang pendatang baru di suatu lingkungan, yang juga seorang ibu yang baru menyekolahkan anaknya di TK, jadi mereka baru pertama kali terjun ke dunia mama-tomo. Drama-drama yang bertemakan mama-tomo ini kebanyakan bercerita tentang betapa "mengerikan"nya dunia mama-tomo. Ijime (penindasan) tidak hanya ada di antara anak di sekolah, tapi juga di antara para mama-tomo

Bahkan, di salah satu drama baru yang bertemakan mama-tomo, ada kutipan dari salah satu tokohnya, "persahabatan dalam mama-tomo itu tidak ada. Mereka disatukan hanya karena anak-anaknya kebetulan satu sekolah dan teman main". Bahkan di akhir episode drama baru tersebut, si tokoh yang kata-katanya saya kutip diatas berakhir bunuh diri, konon karena tidak kuat oleh ijime teman mama-tomonya.

Hmm, serem juga yah kalau benar seperti itu. Kalau saya tanya teman-teman disini yang sudah berpengalaman menyekolahkan anaknya, ada yang bilang, memang orang Jepang itu tidak bisa benar-benar terbuka pada orang lain, lain di depan lain di belakang. Ada juga yang bilang, pertemanan dalam mama-tomo tidak seseram itu, dia bahkan punya (walaupun hanya) satu teman mama-tomo.

Saya tidak tahu seperti apa pertemanan antara mama-tomo di Indonesia nanti, walaupun mungkin hubungannya tidak bisa sedekat teman kuliah atau teman sekolah dulu (karena bagaimanapun yang mempertemukan mereka adalah anak-anaknya), semoga tidak seseram yang digambarkan dalam drama-drama di Jepang sini. 

Naresha, Bilal, Aksa, Raika @ Mbak Mel's Apartment (13.04.2011)

Setidaknya pertemanan antar mama-tomo sesama orang Indonesia disini cukup hangat. Mungkin karena kami sama-sama orang asing di lingkungan asing, jadi merasa punya latar belakang yang sama. Bahkan hari rabu kemarin saya baru main ke rumah salah seorang senior yang mempunyai anak berusia 3 tahun kurang, disana saya bertemu juga dengan teman-teman yang anak-anaknya hampir seumuran, bahkan ada juga satu orang yang baru saya kenal. Dan alhamdulillah, disini mudah sekali untuk dekat dengan orang Indonesia, walaupun baru dikenal...mungkin ya itu tadi, karena kami sama-sama orang asing di negeri asing.

Friday, April 8, 2011

Resensi Buku: Mommy Told Me Not To Tell, By: Cathy Glass

Posted by Ly at 4/08/2011 04:26:00 PM 0 Comments
Addicted.

Ya, mungkin itu satu kata yang cukup menggambarkan perasaan saya sekarang, setelah membaca novel ini. Novel ini sendiri mungkin tidak sehebat itu sehingga bisa membius saya untuk sampai kecanduan dan ingin segera membaca novel bahasa inggris yang lain. Lihat kata-kata yang saya garis bawahi dalam kalimat saya diatas? ya, novel bahasa inggris yang lain

Seperti sudah tahunan rasanya saya melupakan perasaan itu, perasaan tenggelam dalam dunia yang ada dalam sebuah buku. Dulu saat masih kuliah, saya suka baca novel. Bahkan Taiko karya Eiji Yoshikawa terjemahan bahasa Indonesia yang tebal dan beratnya mungkin cukup untuk membuat copet benjol kalau kena timpuk, bisa saya selesaikan dalam waktu yang cepat (hiks, sekarang bukunya dimana yah..adakah yang merasa pinjam??). Tetapi sejak menikah dan tinggal di negeri berbahasa Jepang ini, saya seperti lupa nikmatnya menjadi bagian dalam sebuah cerita di sebuah buku. Bukan, bukan karena saya sibuk mengurus anak atau suami. Suami saya tidak gendut, dan anak saya termasuk kurus, jadi untuk apa dikurusi? Ehehe, bukan itu maksudnya. Kewajiban sebagai seorang istri dan ibu insya Allah bisa dijalankan bersamaan dengan melaksanakan hobi, apalagi hobi membaca buku. Tetapi entah kenapa, kesibukan yang nggak jelas bentuknya membuat saya jauh dari buku. Pernah beberapa kali saya menamatkan beberapa buku bahasa Jepang disini, tapi tetap saja, hanya sekedar buku ringan, bukan novel, karena saya "takut" tidak bisa mengerti kanjinya dengan benar. 

Sudah, cukup intronya, sekarang lanjut ke resensi buku ^_~



cropped from a bigger picture =P
Mummy Told Me Not To Tell
Awalnya saat membaca judul dari buku ini, saya merasa ceritanya agak sedikit depresif, seperti A Child Called It karya Dave Pelzer. Kedua buku ini mungkin sama-sama diangkat dari sebuah kisah nyata seorang abused child oleh keluarganya sendiri. Tetapi, berbeda dengan A Child Called It yang banyak menceritakan bagaimana sang anak disalahgunakan (saya tidak bisa menemukan terjemahan yang lebih tepat untuk "abused") oleh orang tuanya, bagaimana penyiksaan orang tua kepada sang anak, Mummy Told Me Not To Tell lebih bercerita dari sudut pandang seorang foster carer, seorang pengasuh anak sementara dalam waktu yang ditentukan.

Cathy Glass telah menjadi seorang foster carer selama lebih dari 20 tahun. Cathy telah mengasuh berbagai macam anak dengan berbagai macam latar belakang dan keluarga, karena itu dia adalah seorang profesional dalam bidangnya. Maka mungkin hal ini yang membuatnya dipilih untuk mengasuh Reece (7th), seorang anak dengan latar belakang yang kelam, dan keluarga yang cukup bermasalah, oleh agennya. Sebagai seorang carer yang berpengalaman, Cathy mengerti bahwa setiap anak spesial, dan menerima mereka apa adanya. Adalah keluarga dan lingkungan yang membentuk pribadi anak, meskipun setiap anak mempunyai sifat bawaan masing-masing. Cathy merawat dan mendidik anak-anak yang dipercayakan padanya dengan kasih sayang dan kedisiplinan yang konsisten. Begitu juga terhadap Reece. Reece yang awalnya agak 'bermasalah', perlahan-lahan menjadi 'terarah' dalam asuhan Cathy.

Perkembangan yang terjadi pada diri Reece, latar belakang keluarganya, penerimaan lingkungan (sekolah) terhadap Reece, serta akhir dari pengasuhan Cathy terhadap Reece diceritakan buku ini dengan bahasa yang mudah. Saya pernah menemukan novel berbahasa inggris yang lebih sulit dari ini (dan belum saya selesaikan sampai sekarang!! ehehehe, ketinggalan di Indonesia soalnya..). Tidak hanya alur cerita yang saya dapat dari buku ini, tapi juga pelajaran mendidik anak dari seorang pengasuh yang berpengalaman.

Buruan selanjutnya: Damaged, masih karya Cathy Glass ^_^ (kemarin ada juga di Kinokuniya, tapi karena takut nggak kebaca kalau beli kebanyakan, jadi belinya satu-satu..)

Wednesday, April 6, 2011

Kalap di Kinokuniya Pusat, Shinjuku

Posted by Ly at 4/06/2011 05:13:00 PM 4 Comments
klik gambar untuk tampilan lebih besar

Maksudnya benar-benar kalap !!

Misi ke Kinokuniya kali ini adalah beli buku bahasa Inggris untuk Bilal. Sudah lama saya ingin "berburu" buku anak berbahasa Inggris di Kinokuniya, kebetulan weekend kemarin kami masing-masing nggak ada acara khusus, jadi direncanakan ke Kinokuniya pusat di Shinjuku. Iseng-iseng cari sale/bazarnya Kinokuniya, saya browse situs Kinokuniya, ternyata kebetulan tanggal 2-3 April 2011 lalu ada bazar buku asing murah, bazar amal untuk tragedi bencana Jepang Timur lalu. Karena tanggal 2nya saya sudah ada janji dengan dokter kandungan, jadi "pemburuan" kami nggak bisa benar-benar maksimal. Akhirnya, dengan persiapan hati bahwa buku anak di bazar sudah habis dibeli orang, kami berangkat ke Shinjuku tanggal 3, hari minggunya. Dan benar, sebagian besar buku anak yang tersisa kurang menarik, alhamdulillah kami dapat 4 buku anak; 1 salah beli, 1 untuk Bilal, dan 2 lagi untuk adek di perut ^_^;.

Pemburuan kami lanjutkan ke lantai 7 Kinokuniya Pusat di Shinjuku itu, lantai khusus buku berbahasa asing. Dan saya benar-benar senang berada di sana, seperti berada di ruang harta karun! Akhirnya kami memborong 11 buku anak, 2 buku untuk Papa, dan 1 buku untuk saya. Agak mahal memang, tapi insya Allah saya tidak menyesal (kecuali 1 buku yang saya beli di bazar tadi), dan belum puas *cengir*, apalagi Bilal suka dengan beberapa buku yang kami beli, padahal 3 dari buku anak yang kami beli adalah untuk anak 3 tahun keatas..

Karena semua buku cukup berat kalau langsung dibawa pulang, akhirnya kami minta dikirim ke rumah, dan membawa pulang beberapa buku saja untuk bekal di kereta. Dan akhirnya kemarin paket itu tiba ^o^ ^o^. Seperti biasa, Bilal selalu senang menerima apa saja yang dibawa kurir, apalagi kali ini kurir mengantarkan paket yang cukup besar dan berat.

Ini list buku yang kami beli:
  1. Picture Atlas (Lift-the-flap, Usborne)  -> pilihan Papa
  2. Jobs People do (By: Jo Litchfield and Felicity Brooks, Usborne) -> direkomendasikan teman
  3. Science (Look inside, Usborne)
  4. Let's Help The Earth (Sesame Street)
  5. Thomas And The Hide-And-Seek Animals (Thomas & Friends)
  6. I Am a Fire Truck (Scholastic) -> pilihan Papa
  7. Happy Easter, Sprinkles (Blue's Clues) ->; dari bazar
  8. Big Trucks and Diggers (Hide and seek, Caterpillar) -> dari bazar
  9. Animals (Baby touch and feel, DK Publishing)
  10. Busy Little Harbour (With Felt Flaps, Campbell Books) -> dari bazar
  11. Playtime (touch and feel, Priddy Books) -> dari bazar
  12. Understanding Business Accounting for Dummies -> dari bazar
  13. 経済のことよくわからないまま社会人になってしまって人へ (By: 池上彰, 海竜社)
  14. Mummy Told Me Not To Tell (By: Cathy Glass, Harper Collins)
Maaf, tidak semua judul buku diatas ada linknya. Silahkan cari, kalau anda ingin tahu seperti apa bukunya. 

Buku no.1-3 untuk anak umur 3 tahun keatas. Bilal suka buku no.2 dan 3 (buku no.1 masih dibungkus plastik, dan nggak saya buka dulu sementara ^_^;). Rencananya mau memberi 3 buku itu sebagai hadiah untuk Bilal nanti kalau usianya sudah cukup, sambil terus dibacakan, itu juga kalau Bilal mau saja. Buku nomer 4-6 dan 8-10 juga Bilal suka. Papa suka dengan buku karya Ikegami Akira, 'memang mudah dimengerti', katanya. Saya juga tidak menyesal dengan novel non fiksi pilihan saya (Mummy told me not to tell). Tapi yang saya paling senang tentunya adalah, Bilal suka dengan buku-bukunya ^o^ ^o^. Mudah-mudahan ada rejeki lagi untuk membelikan buku untuk Bilal dan adik-adiknya, jadi bisa mendekati mimpi saya untuk punya perpustakaan kecil-kecilan di rumah nanti..^o^

Saturday, April 2, 2011

Our Own Time

Posted by Ly at 4/02/2011 10:59:00 AM 0 Comments
2010, autumn







Yah, waktu untuk diri kita sendiri. Kenapa saya tiba-tiba ngomongin ini? karena akhir2 ini saya "baru sadar" kalau saya secara tidak sadar (jadi sebenernya sadar ato enggak, nih? ^_^;) berusaha membuat waktu untuk diri sendiri.

Saat kita menjadi seorang Ibu, "usia keibuan" kita juga seumur dengan usia anak kita. Kalau anak kita berumur 1 tahun, berarti kita juga baru berumur 1 tahun sebagai seorang Ibu. Kita maupun anak sedang sama-sama belajar menjadi manusia baru. Bedanya, kita bisa mempelajari ilmunya dari berbagai sumber, sambil disertai trial and error, sedangkan anak kita hanya belajar dari pengalaman, trial and error. Karenanya, tugas kita sebagai ibu adalah membimbing si anak mempelajari perannya.

Menurut saya, seorang ibu baru benar-benar menikmati perannya sebagai seorang ibu hingga sang anak berusia 1 tahun lebih, atau hampir 2 tahun. Bukan, bukan berarti setelah usia anak 2 tahun, seorang ibu mulai bosan dengan perannya, apalagi bosan dengan anaknya. Semua pengalaman yang dialami si ibu adalah hal baru, dia akan mencoba belajar sambil mempraktikkan hal-hal baru itu sampai suatu masa tertentu. Pada suatu masa, saat seorang ibu mulai terbiasa dengan perannya, mulai bisa curi-curi waktu untuk menyelami kembali hobi-hobinya. Dan masa itu adalah ketika si anak berusia 2 tahun, ketika si anak mulai mandiri, juga ketika si ibu mulai lihai menjalani perannya.

Seperti yang sedang saya alami. Akhir2 ini saya mulai kembali menyelami hal-hal yang sebelumnya pernah saya sukai, hobi-hobi kecil yang saat melakukannya membuat saya lupa waktu.

Bukan berarti sebelumnya nggak bisa sama sekali sih. Sebelumnya, saat jam tidur Bilal masih teratur, saya selalu memanfaatkan jam tidur Bilal itu (yang ternyata nggak pendek!!) untuk hobi-hobi saya. Tapi akhir2 ini saat Bilal mulai besar, jam tidurnya nggak lagi teratur. Kadang siang tidur, kadang enggak. Kadang tidurnya pas tengah hari, kadang sore hari. Jadi sekarang saya harus pintar-pintar mencuri waktu. Bahkan, waktu setelah Papa pulang kantor juga bisa saya manfaatkan, karena Bilal pasti ingin main dengan Papanya, sepulang  kantor (habis kalau main sama mama nggak bisa diangkat-angkat siiyy..=P). Seperti saat ini, Papa sedang ke THT, minta obat untuk pollen allergynya sambil mengajak Bilal, nah waktu seperti ini bisa saya manfaatkan untuk beres-beres sambil menulis ^o^ (tapi koq kelamaan nulisnya nih kayaknya..).

Jadi kesimpulannya, meskipun kita sudah berkeluarga dan memiliki anak, sebaiknya kita bisa tetap menjalankan hobi-hobi kita. Nanti bukan hanya kita yang akan untung, tapi juga anak dan suami. Karena kalau kita suntuk dengan pekerjaan rumah, yang akan "kecipratan" suntuk dari kita adalah suami dan anak kita juga. Tapi, jangan sampai kita berlebihan jugaa menjalankan hobi-hobi kita, bisa-bisa nanti keluarga kita terlantar..^_^

Btw, pendapat saya ini adalah pendapat seorang ibu yang nggak dibantu asisten dirumah, saya nggak pernah pakai asisten (gimana caranya pakai asisten rumah di sini?? ^_^;), jadi mungkin beda lagi untuk ibu yang dibantu asisten..^_^
 

Stasiun Kenangan Copyright © 2009 Baby Shop is Designed by Ipietoon Sponsored by Emocutez